From : Diana Fareza bt Ahmad Roshdi UD0626 (2)
Meski tidak semua orang mengetahui apa makna cinta yang sesungguhnya
namun mereka seakan tak pernah lelah dan bosan untuk membicarakan cinta
ataupun sesuatu yang berkaitan dengan cinta. Makna cinta pun terus
digali dari zaman ke zaman seakan tak ada habisnya. Sebenarnya apa itu
“Cinta Sejati” dan bagaimana pandangan Islam terhadapnya?
Alhamdulillah, shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada nabi
Muhammad, keluarga dan sahabatnya. Masyarakat di belahan bumi manapun
saat ini sedang diusik oleh mitos ‘Cinta Sejati’, dan dibuai oleh impian
‘Cinta Suci’. Karenanya, ramai-ramai, mereka mempersiapkan diri untuk
merayakan hari cinta “Valentine’s Day”.
Pada kesempatan ini, saya tidak ingin mengajak saudara menelusuri
sejarah dan kronologi adanya peringatan ini. Dan tidak juga ingin
membicarakan hukum mengikuti perayaan hari ini. Karena saya yakin, Anda
telah banyak mendengar dan membaca tentang itu semua. Hanya saja, saya
ingin mengajak saudara untuk sedikit menyelami: apa itu cinta? Adakah
cinta sejati dan cinta suci? Dan cinta model apa yang selama ini
menghiasi hati Anda?
Seorang peneliti dari Researchers at National Autonomous University
of Mexico mengungkapkan hasil risetnya yang begitu mengejutkan.
Menurutnya: Sebuah hubungan cinta pasti akan menemui titik jenuh, bukan
hanya karena faktor bosan semata, tapi karena kandungan zat kimia di
otak yang mengaktifkan rasa cinta itu telah habis. Rasa tergila-gila dan
cinta pada seseorang tidak akan bertahan lebih dari 4 tahun. Jika telah
berumur 4 tahun, cinta sirna, dan yang tersisa hanya dorongan seks,
bukan cinta yang murni lagi.
Menurutnya, rasa tergila-gila muncul pada awal jatuh cinta disebabkan
oleh aktivasi dan pengeluaran komponen kimia spesifik di otak, berupa
hormon dopamin, endorfin, feromon, oxytocin, neuropinephrine yang
membuat seseorang merasa bahagia, berbunga-bunga dan berseri-seri. Akan
tetapi seiring berjalannya waktu, dan terpaan badai tanggung jawab dan
dinamika kehidupan efek hormon-hormon itu berkurang lalu menghilang.
Wah, gimana tuh nasib cinta yang selama ini Anda dambakan
dari pasangan Anda? Dan bagaimana nasib cinta Anda kepada pasangan Anda?
Jangan-jangan sudah lenyap dan terkubur jauh-jauh hari.
Anda ingin sengsara karena tidak lagi merasakan indahnya cinta
pasangan Anda dan tidak lagi menikmati lembutnya buaian cinta kepadanya?
Ataukah Anda ingin tetap merasakan betapa indahnya cinta pasangan Anda
dan juga betapa bahagianya mencintai pasangan Anda?
Saudaraku, bila Anda mencintai pasangan Anda karena kecantikan atau
ketampanannya, maka saat ini saya yakin anggapan bahwa ia adalah orang
tercantik dan tertampan, telah luntur.
Bila dahulu rasa cinta Anda kepadanya tumbuh karena ia adalah orang
yang kaya, maka saya yakin saat ini, kekayaannya tidak lagi spektakuler
di mata Anda.
Bila rasa cinta Anda bersemi karena ia adalah orang yang berkedudukan
tinggi dan terpandang di masyarakat, maka saat ini kedudukan itu tidak
lagi berkilau secerah yang dahulu menyilaukan pandangan Anda.
Saudaraku! Bila Anda terlanjur terbelenggu cinta kepada seseorang,
padahal ia bukan suami atau istri Anda, ada baiknya bila Anda menguji
kadar cinta Anda. Kenalilah sejauh mana kesucian dan ketulusan cinta
Anda kepadanya. Coba Anda duduk sejenak, membayangkan kekasih Anda dalam
keadaan ompong peyot, pakaiannya compang-camping sedang duduk di rumah
gubuk yang reot. Akankah rasa cinta Anda masih menggemuruh sedahsyat
yang Anda rasakan saat ini?
Para ulama’ sejarah mengisahkan, pada suatu hari Abdurrahman bin Abi
Bakar radhiallahu ‘anhu bepergian ke Syam untuk berniaga. Di tengah
jalan, ia melihat seorang wanita berbadan semampai, cantik nan rupawan
bernama Laila bintu Al Judi. Tanpa diduga dan dikira, panah asmara Laila
melesat dan menghujam hati Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu.
Maka sejak hari itu, Abdurrahman radhiallahu ‘anhu mabok kepayang
karenanya, tak kuasa menahan badai asmara kepada Laila bintu Al Judi.
Sehingga Abdurrahman radhiallahu ‘anhu sering kali merangkaikan
bait-bait syair, untuk mengungkapkan jeritan hatinya. Berikut di antara
bait-bait syair yang pernah ia rangkai:
Aku senantiasa teringat Laila yang berada di seberang negeri Samawah
Duhai, apa urusan Laila bintu Al Judi dengan diriku?
Hatiku senantiasa diselimuti oleh bayang-bayang sang wanita
Paras wajahnya selalu membayangi mataku dan menghuni batinku.
Duhai, kapankah aku dapat berjumpa dengannya,
Semoga bersama kafilah haji, ia datang dan aku pun bertemu.
Karena begitu sering ia menyebut nama Laila, sampai-sampai Khalifah
Umar bin Al Khathab radhiallahu ‘anhu merasa iba kepadanya. Sehingga
tatkala beliau mengutus pasukan perang untuk menundukkan negeri Syam, ia
berpesan kepada panglima perangnya: bila Laila bintu Al Judi termasuk
salah satu tawanan perangmu (sehingga menjadi budak), maka berikanlah
kepada Abdurrahman radhiallahu ‘anhu. Dan subhanallah, takdir Allah
setelah kaum muslimin berhasil menguasai negeri Syam, didapatkan Laila
termasuk salah satu tawanan perang. Maka impian Abdurrahman pun segera
terwujud. Mematuhi pesan Khalifah Umar radhiallahu ‘anhu, maka Laila
yang telah menjadi tawanan perang pun segera diberikan kepada
Abdurrahman radhiallahu ‘anhu.
Anda bisa bayangkan, betapa girangnya Abdurrahman, pucuk cinta ulam
tiba, impiannya benar-benar kesampaian. Begitu cintanya Abdurrahman
radhiallahu ‘anhu kepada Laila, sampai-sampai ia melupakan
istri-istrinya yang lain. Merasa tidak mendapatkan perlakuan yang
sewajarnya, maka istri-istrinya yang lainpun mengadukan perilaku
Abdurrahman kepada ‘Aisyah istri Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam
yang merupakan saudari kandungnya.
Menyikapi teguran saudarinya, Abdurrahman berkata: “Tidakkah engkau saksikan betapa indah giginya, yang bagaikan biji delima?”
Akan tetapi tidak begitu lama Laila mengobati asmara Abdurrahman, ia ditimpa penyakit yang menyebabkan bibirnya “memble”
(jatuh, sehingga giginya selalu nampak). Sejak itulah, cinta
Abdurrahman luntur dan bahkan sirna. Bila dahulu ia sampai melupakan
istri-istrinya yang lain, maka sekarang ia pun bersikap ekstrim.
Abdurrahman tidak lagi sudi memandang Laila dan selalu bersikap kasar
kepadanya. Tak kuasa menerima perlakuan ini, Laila pun mengadukan sikap
suaminya ini kepada ‘Aisyah radhiallahu ‘anha. Mendapat pengaduan Laila
ini, maka ‘Aisyah pun segera menegur saudaranya dengan berkata:
يا عبد الرحمن لقد أحببت ليلى وأفرطت، وأبغضتها فأفرطت، فإما أن تنصفها، وإما أن تجهزها إلى أهلها، فجهزها إلى أهلها.
“Wahai Abdurrahman, dahulu engkau mencintai Laila dan berlebihan
dalam mencintainya. Sekarang engkau membencinya dan berlebihan dalam
membencinya. Sekarang, hendaknya engkau pilih: Engkau berlaku adil
kepadanya atau engkau mengembalikannya kepada keluarganya. Karena
didesak oleh saudarinya demikian, maka akhirnya Abdurrahman pun
memulangkan Laila kepada keluarganya. (Tarikh Damaskus oleh Ibnu ‘Asakir
35/34 & Tahzibul Kamal oleh Al Mizzi 16/559)
Bagaimana saudaraku! Anda ingin merasakan betapa pahitnya nasib yang
dialami oleh Laila bintu Al Judi? Ataukah Anda mengimpikan nasib serupa
dengan yang dialami oleh Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu?
Tidak heran bila nenek moyang Anda telah mewanti-wanti Anda agar
senantiasa waspada dari kenyataan ini. Mereka mengungkapkan fakta ini
dalam ungkapan yang cukup unik: Rumput tetangga terlihat lebih hijau
dibanding rumput sendiri.
Anda penasaran ingin tahu, mengapa kenyataan ini bisa terjadi?
Temukan rahasianya pada sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini:
الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ فَإِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ. رواه الترمذي وغيره
“Wanita itu adalah aurat (harus ditutupi), bila ia keluar dari
rumahnya, maka setan akan mengesankannya begitu cantik (di mata lelaki
yang bukan mahramnya).” (Riwayat At Tirmidzi dan lainnya)
Orang-orang Arab mengungkapkan fenomena ini dengan berkata:
كُلُّ مَمْنُوعٍ مَرْغُوبٌ
Setiap yang terlarang itu menarik (memikat).
Dahulu, tatkala hubungan antara Anda dengannya terlarang dalam agama,
maka setan berusaha sekuat tenaga untuk mengaburkan pandangan dan akal
sehat Anda, sehingga Anda hanyut oleh badai asmara. Karena Anda hanyut
dalam badai asmara haram, maka mata Anda menjadi buta dan telinga Anda
menjadi tuli, sehingga Anda pun bersemboyan: Cinta itu buta. Dalam pepatah Arab dinyatakan:
حُبُّكَ الشَّيْءَ يُعْمِي وَيُصِمُّ
Cintamu kepada sesuatu, menjadikanmu buta dan tuli.
Akan tetapi setelah hubungan antara Anda berdua telah halal, maka
spontan setan menyibak tabirnya, dan berbalik arah. Setan tidak lagi
membentangkan tabir di mata Anda, setan malah berusaha membendung badai
asmara yang telah menggelora dalam jiwa Anda. Saat itulah, Anda mulai
menemukan jati diri pasangan Anda seperti apa adanya. Saat itu Anda
mulai menyadari bahwa hubungan dengan pasangan Anda tidak hanya sebatas
urusan paras wajah, kedudukan sosial, harta benda. Anda mulai menyadari
bahwa hubungan suami-istri ternyata lebih luas dari sekedar paras wajah
atau kedudukan dan harta kekayaan. Terlebih lagi, setan telah berbalik
arah, dan berusaha sekuat tenaga untuk memisahkan antara Anda berdua
dengan perceraian:
فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ. البقرة 102
“Maka mereka mempelajari dari Harut dan Marut (nama dua setan)
itu apa yang dengannya mereka dapat menceraikan (memisahkan) antara
seorang (suami) dari istrinya.” (Qs. Al Baqarah: 102)
Mungkin Anda bertanya, lalu bagaimana saya harus bersikap?
Bersikaplah sewajarnya dan senantiasa gunakan nalar sehat dan hati
nurani Anda. Dengan demikian, tabir asmara tidak menjadikan pandangan
Anda kabur dan Anda tidak mudah hanyut oleh bualan dusta dan janji-janji
palsu.
Mungkin Anda kembali bertanya: Bila demikian adanya, siapakah yang
sebenarnya layak untuk mendapatkan cinta suci saya? Kepada siapakah saya
harus menambatkan tali cinta saya?
Simaklah jawabannya dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam:
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا
وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا ، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ
تَرِبَتْ يَدَاكَ. متفق عليه
“Biasanya, seorang wanita itu dinikahi karena empat alasan:
karena harta kekayaannya, kedudukannya, kecantikannya dan karena
agamanya. Hendaknya engkau menikahi wanita yang taat beragama, niscaya
engkau akan bahagia dan beruntung.” (Muttafaqun ‘alaih)
Dan pada hadits lain beliau bersabda:
إِذَا خَطَبَ إِلَيْكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ
وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوهُ إِلاَّ تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِى الأَرْضِ
وَفَسَادٌ عَرِيضٌ. رواه الترمذي وغيره.
“Bila ada seorang yang agama dan akhlaqnya telah engkau sukai,
datang kepadamu melamar, maka terimalah lamarannya. Bila tidak, niscaya
akan terjadi kekacauan dan kerusakan besar di muka bumi.” (Riwayat At Tirmidzi dan lainnya)
Cinta yang tumbuh karena iman, amal shalih, dan akhlaq yang mulia,
akan senantiasa bersemi. Tidak akan lekang karena sinar matahari, dan
tidak pula luntur karena hujan, dan tidak akan putus walaupun ajal telah
menjemput.
الأَخِلاَّء يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلاَّ الْمُتَّقِينَ. الزخرف 67
“Orang-orang yang (semasa di dunia) saling mencintai pada hari
itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali
orang-orang yang bertaqwa.” (Qs. Az Zukhruf: 67)
Saudaraku! Cintailah kekasihmu karena iman, amal shalih serta
akhlaqnya, agar cintamu abadi. Tidakkah Anda mendambakan cinta yang
senantiasa menghiasi dirimu walaupun Anda telah masuk ke dalam alam
kubur dan kelak dibangkitkan di hari kiamat? Tidakkah Anda mengharapkan
agar kekasihmu senantiasa setia dan mencintaimu walaupun engkau telah
tua renta dan bahkan telah menghuni liang lahat?
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ:
أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا،
وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ
أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ.
متفق عليه
“Tiga hal, bila ketiganya ada pada diri seseorang, niscaya ia
merasakan betapa manisnya iman: Bila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai
dibanding selain dari keduanya, ia mencintai seseorang, tidaklah ia
mencintainya kecuali karena Allah, dan ia benci untuk kembali kepada
kekufuran setelah Allah menyelamatkan dirinya, bagaikan kebenciannya
bila hendak diceburkan ke dalam kobaran api.” (Muttafaqun ‘alaih)
Saudaraku! Hanya cinta yang bersemi karena iman dan akhlaq yang
mulialah yang suci dan sejati. Cinta ini akan abadi, tak lekang diterpa
angin atau sinar matahari, dan tidak pula luntur karena guyuran air
hujan.
Yahya bin Mu’az berkata: “Cinta karena Allah tidak akan bertambah
hanya karena orang yang engkau cintai berbuat baik kepadamu, dan tidak
akan berkurang karena ia berlaku kasar kepadamu.” Yang
demikian itu karena cinta Anda tumbuh bersemi karena adanya iman, amal
shalih dan akhlaq mulia, sehingga bila iman orang yang Anda cintai tidak
bertambah, maka cinta Anda pun tidak akan bertambah. Dan sebaliknya,
bila iman orang yang Anda cintai berkurang, maka cinta Anda pun turut
berkurang. Anda cinta kepadanya bukan karena materi, pangkat kedudukan
atau wajah yang rupawan, akan tetapi karena ia beriman dan berakhlaq
mulia. Inilah cinta suci yang abadi saudaraku.
Saudaraku! Setelah Anda membaca tulisan sederhana ini, perkenankan
saya bertanya: Benarkah cinta Anda suci? Benarkah cinta Anda adalah
cinta sejati? Buktikan saudaraku…
Wallahu a’alam bisshowab, mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan atau menyinggung perasaan.
0 comments:
Post a Comment